UNGARAN – Analogi percintaan digunakan Anggota Bawaslu Kabupaten Semarang dalam mengkampanyekan tolak politik uang kepada pemuda Desa Reksosari Kecamatan Suruh, Rabu (6/11/2019). Bertempat di Balai Desa Reksosari, 45 pemuda hadir mengikuti Focus Group Discussion (FGD) pembentukan desa anti politik uang.
Materi tentang politik uang disampaikan secara gamblang, mulai dari pengertian politik uang, indikatornya, hingga dampak bagi kehidupan kedepan.
Kordiv Pengawasan, Hubungan Masyarakat, dan Hubungan Antar Lembaga Bawaslu Kabupaten Semarang, Syahrul Munir, menganalogikan praktik poitik uang dengan “PHP” yaitu istilah untuk Pemberi Harapan Palsu pada kasus percintaan.
“Seseorang yang sedang kasmaran akan bersikap sangat manis lebih dari biasanya. Kepada seseorang yang dikehendaki, setiap hari akan diberi sanjungan, bunga, dan coklat. Namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia yang diperhatikan memberikan perasaan kepada orang lain. Hal tersebut bagaikan orang yang menyatakan semangat menolak politik uang, namun dalam praktek merima uangnya akan tidak mencoblos orangnya,” kata Munir.
Munir menegaskan, pernyataan “terima uangnya, jangan coblos orangnya” bukan merupakan semangat dari pemberantasan politik uang. Semangat yang sebenarnya yaitu tolak uangnya, laporkan pelakunya.
Baru-baru ini viral status salah satu anggota legislatif terpilih, ia mengatakan, “sudah saatnya kita menipu rakyat, karena kemarin kita sudah banyak ditipu oleh rakyat.”
Bisa jadi hal demikian diungkapkan karena adanya kekecewaan kepada masyarakat yang menerima politik uang, namun tidak menggunakan hak pilih untuk memilihnya.
Melihat kemungkinan terjadinya hal semacam itu, Munir mengajak pemuda yang hadir untuk tegas menolak politik uang dengan cara menolak uangnya dan melaporkan pelakunya.
Diakhir kegiatan, pemuda Reksosari yang hadir mendeklarasikan siap tolak politik uang dan membubuhkan tanda tangan sebagai tanda semangat peneguhan komitmen bersama.
/Humas BAwaslu Kab. Semarang