Scroll Top

Begini Pesan Netfid untuk Kader SKPP di Jateng

Dahlia Umar menjelaskan peran kader partisipatif sangat penting dalam memonitor pemilu

 

Semarang – Ketua Network for Indonesia Democratic Society (Netfid) Dahlia Umar berpesan kepada kader SKPP di Jateng agar serius menjadi pengawal Pemilu.

“Sebagai kader pengawas harus punya pandangan yang paling bagus kenapa anda mengikuti pemilu. Jika sudah duduk di sini (SKPP) ga boleh mikir ini kegiatan biasa aja. Harus punya misi untuk menciptakan pemilu yang bebas adil dan menjadi pemonitor pemilu,” harap Dahlia saat menjadi narasumber SKPP Menengah Bawaslu Provinsi Jateng, Kamis (21 Oktober 2021).

Dahlia yang juga mantan Anggota KPU DKI Jakarta berpendapat dalam kelas SKPP Menengah 2021 bahwa Sitem pemilu sangat mempengaruhi kualitas pemilu sehingga akan lebih baik jika kembali ke era tertutup, Kamis (21 Oktober 2021).

Kehadiran kader SKPP sangat penting. Lulusan University Of Nothingham tersebut berpendapat situasi degradasi demokrasi di Indonesia semakin terlihat karena kekuatan eksekutif tersentral dan minim kekuatan oposisi. Adanya relasi politisi dan pemilih bersifat transaksional, dianggap sebuah kewajaran padahal hal tersebut tidaklah wajar.

“Bawaslu akan seperti apapun tidak bisa melawan atmosfer itu, karena sebuah keniscayaan dari sistem pemilu yang ada. Kalau mau ya sistem tertutup, partai yang nantinya bekerja pada internal” kata Dahlia.

Dahlia mencontohkan misalnya sesorang mencalonkan diri dan menjual janji untuk membuat jalan lebih bagus, hal itu sangat tidak dibenarkan. Ia mengungkapan seharusnya menjelasakan bagaimana calon tersebut bisa bekerja dengan baik supaya aspirasi rakyat bisa terwujud.

Dahlia umar menyoroti tantangan pemilu serentak 2024 sangat banyak, sehingga kader harus memiliki inovasi

 

Sebagai kader pengawas pihaknya mengajak untuk tidak merasa puas dan merasa demokrasi di Indonesia sudah hebat. Dahlia menyatakan kuaitas demokrasi di Indonesia justru semakin turun. Maka dari itu kesempatan menjadi siswa SKPP harus dimanfaatkan dengan baik.

Dahlia memberikan contoh beberapa ancaman partisipasi oleh pemilih partisipatif. Misalnya politik uang, ancaman keberbedaan pendapat, intimidasi, hoax dan perbaikan relasi dengan calon.

Pendiri Network For Indonesia Democratic Society menyatakan lebih lanjut sistem pemilu mempengaruh hasil pemilu, pola konstituen dengan parpol dan sistem pemerintahan yang dihasilkan dalam pemilu. Dahlia mengungkapkan jika menggunakan proposional terbuka ideologi dalam partai menjadi tidak menguntungkan.

“Partai politik tidak strategis jika jualan ideologi, akhirnya orientasinya menjadi catching all party,” ungkap Dahlia.

Desain pemilu yang memilih caleg secara langsung menyebabkan partai saat itu memiliki ideologi lemah namun institusi kuat. Pencalonan juga membuat persaingan dalam parpol menciptakan kecendurungan menang dengan mudah sehingga sangat dimungkinkan muncul politik uang.

“Politik uang semakin marak karena sistem pemilu terbuka dalam memilih caleg, karena dalam hal itu jiwa kompetisi semakin panas dan berkompetisi bagaimana caranya untuk mempengaruhi dengan cara yang unfair,” tegas Dahlia.

Humas Bawaslu Jateng

Leave a comment

Skip to content